MEMIKIRKAN DESAIN SEPEDA YANG SESUAI

Jalur sepeda sekarang sudah banyak dibangun. Ah, mimpi kali ya.... Kalau Jakarta justru membatalkan jalur sepeda nih kabarnya. Di beberapa tempat tujuan wisata populer, seperti Ancol, ”habis-habisan” membikin jalur sepeda. Tak hanya membuatkan jalur sepeda, Ancol juga meminjamkan sepeda. Tetapi jangan coba-coba bawa sepeda ke Kebun Raya Bogor ya! Soalnya di Kebun Raya Bogor terlarang untuk sepeda. Walau kenyataannya ternyata di dalamnya para pegawai menggunakan sepeda motor, tetapi ya gimana lagi. Beberapa kampus ada yang ramah dengan sepeda, ada juga yang sama sekali tak memberi ruang untuk sepeda. Salah satu kampus yang mengampanyekan sepeda dan sudah membuat jalur sepeda adalah Universitas Indonesia. Tentunya, jalur-jalur yang baru tumbuh itu harus dimanfaatkan dong. Selama ini, yang bertebaran rutin di jalanan adalah sepeda-sepeda mountain bike alias MTB. Kayaknya gimana gitu ya kalau naik MTB.... Frame asyik, ban lebar dan besar, posisi membungkuk jika dikendarai... ah sensasi apa ya yang kalian rasakan jika naik MTB? Gagah? Memesona? Namun, yang kita bahas adalah kampus lho, yang sudah beraspal dan jalanannya rata. Naik turun mungkin ada, tetapi enggak sampai ngeri seperti turun dari ngarai gunung. Apa sebenarnya MTB cocok untuk jalanan di kampus? Jelas tidak cocok, bro! Kalau boleh berterus terang sedikit sih, itu namanya saltum alias salah kostum, meliputi kostum pakaian hingga kendaraannya.

Desain yang baik

Dudy Wiyancoko, Ketua Desain Produk Industri Institut Teknologi Bandung, mengatakan, sepeda yang bertebaran di kampus umumnya hanya berdasarkan selera dan gaya hidup individu penggunanya. Biasanya tak menyesuaikan dengan kaidah penggunaan yang baik ataupun estetikanya. Dudy sekarang sedang mendesain sebuah sepeda yang dia beri nama student bike, khusus didesain untuk mahasiswa dan pelajar SMA. ”Kampus itu mesti ekologis, sarana transportasi sepeda akan membuat kampus sehat,” itulah latar belakang utama yang mendorong Dudy mengupayakan desain sepeda yang sesuai. ”Student bike itu biasanya untuk mobilitas yang tidak jauh. Dampaknya pada desain, ban sepeda akan menggunakan ukuran kecil, 16 inci, dan ada keranjang untuk membawa buku-buku,” kata Dudy. ”Jadi yang cocok untuk pelajar bukan sepeda gunung yang rodanya besar, bukan juga sepeda yang untuk ngebut. Fokus pada desain sepeda yang intelek, sesuai untuk pelajar, dan ringan dituntun jika kita berjalan kaki,” lanjut Dudy.

Estetika

Apa yang diutarakan Dudy tersebut adalah dari sisi desain. Dari sisi estetika, ide Dudy cukup dahsyat jika bisa diaplikasikan. ”Perlu dilengkapi infrastruktur parkir yang memadai,” jelas Dudy. Wah, makan tempat dong? Ups, jangan salah sangka. ”Parkir sepeda bisa didesain untuk menjadi elemen estetika dari kampus. Misalnya, ketika diparkir bisa berfungsi menjadi bangku taman di taman kampus,” katanya. Hingga kini, ide Dudy tersebut masih dalam tahap proposal dan belum mendapat persetujuan dari produsen sepeda. Apakah bentuk sepeda itu akan revolusioner? Kata Dudy, desain sepeda harus memiliki kemudahan untuk diproduksi secara terjangkau. Jadi, kalau terlalu revolusioner, dikhawatirkan harganya akan menjadi mahal bagi pelajar. ”Kalau aneh-aneh, takutnya tak terjangkau harganya,” katanya. Sepeda hingga kini memang hanya menjadi pelengkap gaya bagi sebagian kalangan. Cuma beberapa kota saja yang benar-benar menjadikan sepeda sebagai sarana transportasi harian. Di Yogyakarta, yang dulu menyandang predikat kota sepeda, kini sudah tak sebanyak dulu. Kalah dengan kota kecil seperti di Pekalongan, yang benar-benar menjadikan sepeda sebagai sarana transportasi harian yang harus nyaman dan fungsional. Mirip seperti harapan Dudy, di Pekalongan didominasi sepeda bekas asal Jepang yang semuanya memiliki keranjang untuk membawa barang bawaan. Sepeda jengki atau jenis city bike, bagi orang Pekalongan, benar-benar enak diajak melaju di atas jalan raya beraspal. Polygon, sebagai salah satu produsen, ternyata juga mencermati kecenderungan ini. Oleh karena itu, walau belum spesifik memikirkan desain khusus kampus, kini Polygon mulai memikirkan sepeda yang pas untuk para commuter atau pelaju, yang enak dikendarai di jalan raya umumnya. ”Orang-orang umumnya masih punya persepsi, sepeda untuk balapan itu yang mahal. Padahal, city bike atau comfort bike kalau digarap dengan baik akan bagus hasilnya. Tahun ini, kami mulai membuat Zenith, istilahnya premium commuting bike,” kata Zendy Renan dari Polygon. ”Biarkan MTB di habitatnya, yaitu di gunung, road bike atau sepeda balap yang untuk kenceng-kencengan, dan commuter bike lebih untuk jalan reguler sehari-hari,” kata Zendy. (AMR)

Sumber: Kompas,29-06-2010

Comments :

0 comments to “MEMIKIRKAN DESAIN SEPEDA YANG SESUAI”

Post a Comment