Metode penelitian
Untuk mengetahuinya, Pierazzo mengombinasikan pengetahuan yang ia miliki dengan simulasi yang dikembangkan oleh ilmuwan Amerika dan Jerman lainnya yang dapat menunjukkan model interaktif dari zat kimia di atmosfir. Uji coba dilakukan dengan simulasi tumbukan asteroid berukuran 500 meter dan 1 kilometer di lokasi dan musim tertentu di Bumi. Hasilnya, tumbukan asteroid akan merusak ozon karena asteroid akan memuncratkan air laut hingga ke bagian tertinggi dari atmosfir. Zat kimia seperti chloride dan bromide yang terpisah dari uap air kemudian akan merusak lapisan ozon yang melindungi mahluk hidup di Bumi dari mutasi yang diakibatkan sinar ultraviolet. “Yang jadi masalah, tumbukan asteroid akan melontarkan uap air hingga ratusan kilometer ke udara,” kata Pierazzo. “Uap air akan menembus lapisan tertinggi dari atmosfir,” ucapnya. Model yang dibuat menunjukkan, asteroid berukuran 500 meter yang menabrak di sekitar 30 derajat ke utara samudera pasifik di bulan Januari akan berdampak ‘lokal’ terhadap lapisan ozon. Lokal di sini artinya adalah lubang ozon akan terjadi di seluruh kawasan utara Bumi. Jika asteroid yang menabrak berdiameter 1 kilometer, maka lapisan pelindung ultraviolet secara global yang akan rusak.
Lokasi di mana asteroid jatuh juga penting karena berpengaruh dengan pola sirkulasi atmosfir. Demikian pula dengan waktu karena ketebalan lapisan ozon di atmosift terus berubah setiap musim, tergantung dengan banyaknya cahaya matahari yang menyinarinya. Tumbukan asteroid berukuran 500 meter akan memicu radiasi ultraviolet hingga 20 UVI (ultraviolet index). Sebagai gambaran, radiasi berukuran 10 UVI dapat membakar kulit dalam hitungan menit. Adapun ukuran radiasi ultraviolet tertinggi di sekitar katulistiwa hanya mencapai level 18. Adapun radiasi UV tertinggi yang tercatat sempat terjadi di gurun pasir tinggi di
Ancaman yang siap menghadang
Skenario yang diuji oleh Pierazzo dan timnya merupakan skenario yang paling mungkin terjadi pada Bumi. Asteroid berpotensi lebih besar jatuh di perairan dibandingkan dengan di daratan. Alasannya, 70 persen dari permukaan Bumi adalah perairan dan dua pertiga di antaranya memiliki kedalaman air hingga lebih dari 1 mil. Sampai 1 Oktober lalu, astronom telah menemukan 903 dari perkiraan sekitar 1.050 near earth objects (NEO) atau benda angkasa berterbangan di sekitar Bumi yang memiliki diameter 1 kilometer atau lebih. Diperkirakan, masih ada sekitar 100 benda langit lainnya yang berkuruan 1 sampai 2 kilometer yang belum ditemukan. Yang lebih mengkhawatirkan, NEO berukuran lebih dari 1 kilometer jumlahnya lebih banyak lagi. Saat ini, NASA baru menemukan sekitar 5 persen dari perkiraan NEO kecil tersebut. Artinya, masih ada puluhan ribu NEO berukuran di bawah 1 kilometer yang belum ditemukan. Saat NASA terus mencari NEO yang dapat mengancam Bumi, Pierazzo dan timnya akan melanjutkan penelitian bagaimana dampak tumbukan asteroid ke daratan. “Simulasi dengan skenario ini mungkin akan lebih sulit dibuat karena kombinasi debu yang akan memblokir sinar matahari dan bagaimana efek partikel mineral lainnya yang ada di tanah akan mempengaruhi ozon,” ucap Pierazzo. Peneliti juga memperkirakan bahwa dampak asteroid menghantam daratan akan berefek serupa dengan apa yang terjadi dengan Bumi jika terjadi perang nuklir. Dari penelitian sebelumnya, perang nuklir regional sekalipun dapat menghadirkan lubang ozon yang sangat besar di seluruh dunia.
Sumber: Vivanews.com, 15-11-2010
Comments :
Post a Comment