Akhirnya, penelitian ini menyimpulkan bahwa anak-anak yang memperoleh nilai jeblok di sekolah adalah anak-anak yang menghabiskan sebagian besar waktunya di jejaring sosial. Hal itu berdasarkan hasil penelitian dari 70 persen guru di Inggris yang sangat yakin, anak-anak semakin terobsesi pada situs-situs seperti Facebook, Twitter, dan MySpace. Dan, nyaris setengah dari 500 guru yang disurvei percaya gangguan ini memengaruhi kemampuan anak untuk berkonsentrasi di kelas dan mengikuti pelajaran. Selain itu, diketahui sekitar 60 persen guru mengatakan kualitas pekerjaan rumah anak-anak memburuk karena mereka terburu-buru untuk menyelesaikannya. Menurut Kairen Cullen, seorang psikolog pendidikan, ini adalah masalah subjek kompleks. "Berdasarkan praktik klinis saya yang banyak melibatkan anak-anak dan kaum muda, memang pada hari ini, di usia tersebut, mengakses dan memahami jejaring sosial adalah sesuatu yang tak terelakkan," katanya. "Mereka sangat menikmati jejaring sosial, tetapi sesungguhnya timbul masalah ketika interaksi virtual malah mengganggu emosi anak di kehidupan nyata, atau membatasi perkembangan anak secara sosial dan emosional," ucap Cullen. Seharusnya, waktu yang diinvestasikan anak di media sosial dan di kehidupan nyata harus seimbang. Sebab, interaksi personal dinilai sangat penting untuk perkembangan anak secara sosial dan emosional. "Interaksi interpersonal secara langsung sangat berpengaruh agar perkembangan sosial anak tidak terdistorsi ke depannya," ujarnya dengan tegas. (pet)
Sumber: Vivanews.com, Jum'at, 19 November 2010
Comments :
Post a Comment