Tips pemanfaatan Koprol bagi wartawan

Beruntunglah kita hidup di era blogging dan media sosial seperti sekarang ini. Kita bisa dengan mudah menemukan dan memilah-milah informasi yang kita perlukan. Hebatnya lagi, semuanya bersumber dari pengguna itu sendiri. User generated content, begitulah istilahnya. Contohnya Koprol, sebuah layanan micro-blogging berbasis lokasi karya putra-putra Indonesia. Prinsipnya, melalui layanan ini, pengguna laptop atau telepon seluler bisa melakukan check-in (berbagi lokasi secara real-time), kemudian berbagi status dan memulai percakapan dengan pengguna lainnya. Jika time-line di Twitter berdasarkan siapa yang kita follow, time-line kita di Koprol justru berisi status para pengguna lain di sekitar lokasi kita check-in. Di sinilah “pintu masuk” kita dalam menemukan teman-teman baru di samping bertemu teman-teman yang sudah dikenal sebelumnya, baik secara online maupun offline. Dari sinilah komunitas-komunitas virtual baru terbentuk. Bagi profesi-profesi tertentu seperti wartawan, peneliti dan pengamat, layanan seperti Koprol tentu merupakan sarana yang menarik dalam memantau dan melacak fenomena-fenomena tertentu di dalam masyarakat. Saya mencoba mengelompokkan kegunaan Koprol bagi para jurnalis dalam menjalankan tugasnya. Inilah di antaranya:

1. Memantau komunitas: Dengan memantau sejumlah komunitas melalui layanan ini, seorang wartawan bisa dengan mudah mengetahui bentuk-bentuk komunitas yang sedang berkembang. Karena berbasis lokasi, secara umum tentu komunitasnya akan terbentuk berdasarkan domisili, tetapi tentu tidak tertutup preferensinya berangkat dari bidang-bidang tertentu. Benar, komunitas itu terbentuk berdasarkan kesamaan minat dan konteks.

2. Sumber inspirasi: Apa yang menjadi percakapan di dalam komunitas maya semacam ini tentu akan menjadi indikator yang menarik bagi para jurnalis untuk mencari ide liputan atau tulisan. Terkadang apa yang diomongkan dalam komunitas seperti ini bisa saja berbeda dengan apa yang sedang terjadi dalam skala yang lebih besar — dalam skala nasional misalnya. Jika secara nasional sedang ramai diperbincangkan ketua umum sebuah partai yang baru terpilih, boleh jadi di komunitas virtual yang diomongkan justru pembukaan gerai burger yang baru di sebuah pemukiman atau mal.

3. Sarana konfirmasi: Tidak terlalu sulit jika Anda ingin mendapatkan konfirmasi dan update dari komunitas ini. Jika terbetik berita ada peristiwa kebakaran atau meteor yang jatuh, Anda cukup mengecek siapa saja yang sudah check-in di sekitar lokasi kejadian. Ajukan pertanyaan dengan menyebutkan nama user yang dituju, besar kemungkinan Anda akan mendapatkan respon yang diperlukan. Anda juga bisa melacak siapa saja yang sudah memasang foto-foto kejadian di timeline-nya.

4. Berinteraksi secara langsung: Di sinilah keunggulan layanan sosial seperti Koprol. Anda bisa dengan mudah berinteraksi langsung dengan tokoh atau subyek yang sedang Anda amati. Jika Anda sedang menulis soal fenomena kedai-kedai kopi di Jakarta, bukankah akan sangat mudah jika Anda memulainya dengan melacak cafe-cafe yang sudah memiliki akun di sini? Atau melemparkan pertanyaan ke teman atau follower Anda. Bukan sebuah keajaiban kalau Anda akan segera mengantongi jawaban-jawaban yang diperlukan.

5. Sumber referensi: Anda juga bisa mengikuti komunitas yang hobi berbagi tautan-tautan informasi penting. Anda bisa memilah komunitas-komunitas tersebut berdasarkan kategori-kategori atau bidang-bidang tertentu. Hebatnya, informasi-informasi ini telah lebih dahulu mereka baca dan seleksi sehingga kita dengan mudah bisa langsung mengonsumsinya. Sebuah “direktori hidup”, bukan?

Adakah manfaat lain dari Koprol yang luput dari daftar ini? Silahkan ditambahkan!

Sumber: Yahooindonesia

Comments :

0 comments to “Tips pemanfaatan Koprol bagi wartawan”

Post a Comment